One period one expert skills : mengasah spesialisasi ilmu sebagai implementasi merdeka belajar untuk peningkatan kualitas pelajar dalam upaya pemerataan pendidikan menuju merdeka belajar
Essay Hardiknas
Tema : Pemerataan pendidikan sebagai gerbang awal merdeka belajar
One
period one expert skills : mengasah spesialisasi ilmu sebagai implementasi
merdeka belajar untuk peningkatan kualitas pelajar dalam upaya pemerataan
pendidikan menuju merdeka belajar
Adam Nazar Yasin
Bandung, Jawa Barat
Latar Belakang
Telah
menjadi sebuah fakta dalam dunia kerja dan usaha pasca menempuh pendidikan
dasar hingga pendidikan tinggi bahwa yang dibutuhkan bukanlah sebuah ijazah,
melainkan skill atau kemampuan dalam sebuah bidang ilmu. Oleh karena itu,
sistem pendidikan dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia seharusnya
menjadi salah satu prioritas bagi berbagai pihak terkait seperti pemerintah
maupun swasta. Secara realita, memang sulit jika kita menuntut sebuah
pemerataan pendidikan untuk dijadikan fokus pembangunan Negara dalam waktu yang
relatif singkat. Disamping sektor lain tidak kalah penting untuk dibangun,
wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai
suku, budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda menjadikan dinamika tantangan
yang ada menjadi lebih bervariasi sehingga sulit untuk dilakukan penyelesaian
secara singkat. Di era merdeka belajar saat ini, sudah saatnya makna dari kata
‘merdeka’ sendiri harus di jewantahkan secara luas sebagai upaya pemerataan
pendidikan yang menjadi impian leluhur bangsa.
Menurut
(Yamin & Syahrir,
2020),
Konsep merdeka belajar sendiri merupakan upaya rekonstruksi sistem pendidikan
nasional. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan perubahan zaman. Pada
hakikatnya, konsep merdeka belajar merupakan konsep yang ingin memanusiakan
manusia. Atas dasar tersebut, belajar bukan lagi hanya disempitkan pada ruang
kelas saja, tetapi seluruh lapisan semesta ini merupakan arena ilmu pengetahuan
yang perlu dijadikan pembelajaran. Pintar atau bodohnya seorang murid
seharusnya sudah tidak di ukur dari seberapa besar nilai Matematika, Bahasa Indonesia,
atau mata pelajaran lain yang selalu melekat dengan tolak ukur kepintaran,
melainkan harus diukur seberapa baiknya seorang murid menguasai satu bidang
ilmu yang di minatinya atau penguasan berbagai bidang ilmu secara umum yang
menjadi kesukaan para murid. Karena untuk menjadi ahli atau spesialis, butuh
fokus dan tekun dalam mempelajari sebuah bidang ilmu dalam jangka waktu yang
cukup panjang.
Maka dari itu, sudah saatnya sistem pendidikan
Indonesia merujuk pada spesialisasi setiap potensi putra putri bangsa dari
sejak usia dini. Akan tetapi, sistem tersebut tidak melupakan aspek ilmu dasar
yang lain secara general untuk diketahui oleh setiap pelajar. One period one skill, mengadopsi dari
program one village one product
dimana setiap desa yang memiliki satu ciri khas kearifan lokal terutama sumber
daya alamnya membuat desa memiliki spesialis dalam produksi untuk memutarkan
roda perekonomian warga setempat. Program tersebut membuat setiap orang yang
terlibat memiliki keterampilan yang melekat karena aktivitas sehari-hari terus
menguat dari waktu ke waktu. Hasilnya, kualitas produk yang di hasilkan
memiliki khas nya tersendiri di pasar dan memiliki daya tarik konsumen.
Atas
dasar tersebut, pengembangan pendidikan ilmu pengetahuan juga sangat perlu di
bentuk sistem spesialisasi yang lebih meluas. Dalam melalukan proses untuk
pencapai sesuatu, tentu harus bisa mempunyai fokus yang baik. fokus yang baik
dapat dicapai bilai seluruh tenaga dan pikiran hanya terkonsentrasi pada satu
alur yang harus di tempuh. Saat ini, sistem pendidikan terlalu banyak alur yang
membuat siswa harus membagi konsentrasi dalam proses pembelajarannya. Hal ini
membuat potensi spesialis dari setiap siswa tidak mampu menonjol dan tidak
optimal untuk menghasilkan prestasi terbaik. Oleh karena itu, pemerataan
pendidikan bukan hanya tentang akses lengkap sarana dan prasarana dalam
lingkungan pendidikan, melainkan hadirnya setiap spesialisasi berbeda di dalam
ruang pendidikan sekitar. Setiap spesialis yang berbeda dalam satu ruang kelas
menjadikan setiap siswa memiliki identitas dan ciri khasnya masing-masing.
Setiap spesialis tersebut memiliki potensi besar dalam aspek kolaborasi untuk
melahirkan gagasan dan inovasi kreatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan
hingga untuk merumuskan penyelesaian masalah sederhana melalui disiplin ilmu
spesialis masing-masing yang mampu saling berintegrasi membuat sistem terpadu.
Isi
Indonesia
berpotensi membangun sistem kolaborasi dalam upaya pembangunan pendidikan dalam
negeri. Banyaknya pelajar yang menempuh pendidikan di luar negeri merupakan
modal penting dalam membangun sistem yang dapat mewujudkan pemerataan
pendidikan dalam negeri (wagner et al., 2001) dalam (Harsono, 2015). Sebelum membentuk sistem yang mampu melahirkan
pelajar spesialis, maka kolaborasi lintas disiplin ilmu para pelajar Indonesia yang
telah menempuh berbagai jenjang yang tinggi di berbagai wilayah dunia harus
bisa menjadi acuan bahwa kolaborasi setiap manusia yang memiliki spesialisasi
mampu berinovasi dan melahirkan karya yang mampu bermanfaat untuk umat manusia
baik secara lingkup yang kecil maupun seluas-luasnya. Kolaborasi harus
bertujuan untuk dua hal secara umum, yaitu penyelesaian masalah yang ada saat
ini dan berinovasi terhadap kebutuhan di masa yang akan datang. Sebagai contoh,
kondisi pandemi covid-19 yang sudah berlangsung dua tahun lebih ini melahirkan
masalah tentang akses pendidikan yang tidak bisa dilaksanakan dengan tatap
muka. Namun dengan kolaborasi teknologi, proses pendidikan dari jenjang dasar
hingga sekolah tinggi dapat tetap dilaksanakan secara virtual meskipun di masa
awal pandemi memiliki banyak kendala. Atas dasar tersebut, kolaborasi harus
terus berkelanjutan untuk menciptakan inovasi yang lebih banyak lagi.
Tentang
kebutuhan Indonesia dimasa yang akan datang, Indonesia harus mengintegrasikan
aspek historis setiap fase waktu dan sumber daya yang tersedia, baik sumber
daya manusia maupun alam. Sama seperti teknologi, kebaharuan tercipta dengan
memperhatikan kebaharuan dari waktu ke waktu dengan terus membuat nilai tambah
terhadap teknologi yang selalu diselaraskan dengan kebutuhan saat teknologi itu
di kembangkan hingga terlahir menjadi karya. Dengan begitu, strategi pemenuhan
kebutuhan masa depan Indonesia bisa dirancang sejak dini agar persiapan yang
dilakukan lebih matang, termasuk kebutuhan tentang masa depan pendidikan
Indonesia. Karena secar realistis, impian untuk pemerataan pendidikan tidak
bisa diwujudkan dalam waktu singkat. Perlunya tahapan dan penetapan garis waktu
yang spesifik agar dapat terwujud secara sistematis dan bertahap.
Selain
sistem dalam proses pendidikannya sendiri, setiap pelajar memerlukan sebuah
pengalaman atau jam terbang untuk menunjukan eksistensi potensi spesialisnya,
yaitu kompetisi. Kompetisi dihadirkan untuk menjadi wadah bagi setiap pelajar
dalam berinovasi. Saat ini memang kompetisi dalam bidang pendidikan telah
banyak digulirkan dalam berbagai bidang. Akan tetapi, jika memang mengusung
tujuan untuk pemerataan pendidikan seharusnya kompetisi diciptakan dengan
berbagai skala yang lebih kecil. Masih banyaknya penyelenggaraan kompetisi yang
terlalu berskala besar yang terpusat pada kota. Akibatnya, kawasan yang jauh
dari lokasi penyelenggaraan kompetisi seperti sekolah di pedesaan tertinggal
harus banyak mengeluarkan biaya dan waktu yang besar. Sementara itu, sekolah
atau di perkotaan akan selalu unggul karena akses yang lebih terjangkau.
Tentunya keunggulan akan selalu dihadirkan oleh mereka yang memiliki banyak
efisiensi. Oleh karena itu, bukan hanya soal akses sarana dan prasarana untuk
mewujudkan pemerataan pendidikan, tetapi pentingnya ragam kejuaraan dengan
lingkup yang lebih kecil agar inovasi karya kecil yang memiliki peluang
berkembang lebih besar tidak tenggelam oleh inovasi besar yang memiliki banyak
keuntungan dalam prosesnya.
Hal
yang juga perlu di benahi dalam upaya melakukan pemerataan pendidikan yaitu
terkait pendanaan terhadap setiap institusi pendidikan. Seharusnya pendanaan
pendidikan bukan dititik beratkan pada kebutuhan anggaran yang diajukan, akan
tetapi pendanaan seharusnya dihibahkan untuk dikembangkan melalui investasi
atau usaha setiap institusi penerima dana. Kebutuhan setiap institusi bukan
lagi berdasarkan “meminta” bantuan untuk realisasi pembangunan institusi ,
melainkan dana yang diturunkan pemerintah mampu dikelola dengan baik dan menghasilkan
roda perekonomian baru berupa produk yang mampu di komersilkan. Hal ini
diharapkan mampu membuat setiap insititusi pendidikan memiliki kemandirian
dalam menghasilkan dana untuk keperluan selanjutnya dan tidak tergantung oleh
dana rutin pemerintah. Ketergatungan dana saat inilah yang menyebabkan
pemerataan sulit untuk dibangun secara masif. Setiap dana yang diajukan harus
menunggu dan tidak ada jaminan cair dalam waktu singkat dan mampu cair semuanya
sesuai yang diajukan. Selain itu, tentu sistem ini sudah banyak melahirkan
korupsi yang mengakibatkan pemerataan pendidikan kembali terhambat. Oleh karena
itu, strategi dalam alur dan sistem pendanaan pendidikan pun harus menjadi hal
yang dibenahi secara serius.
Penutup
Sebagai
Negara kepualauan dengan berbagai suku,budaya dan kearifan lokal yang ada,
indonesia merupakan Negara yang harus menyesuaikan setiap identitas lokal dalam
sistem pendidikannya. Spesialisasi yang harus diasah dalam tempo waktu yang
ditentukan akan mampu menghasilkan keahlian serta kebaharuan terbaik untuk
setiap potensi pelajar Indonesia. Pemerataan pendidikan seharusnya bukan
mengandalkan pola “top-down” yang terus mengandalkan wewenang institusi pusat
dalam pembangunannya, melainkan harus menggunakan pola “plant-growing” yang
berarti setiap seluruh modal sumber daya baik alam atau manusia harus mampu
mengembangkan sistem komersil untuk menghasilkan dana secara mandiri. Tentu dengan
eranya merdeka belajar, makna dari kata “merdeka” secara sederhana mampu
berdaulat di atas kaki sendiri, begitupun dalam pengelolaan sumber daya setiap
institusi pendidikan. Dengan melakukan program One period one expert skills Maka diharapkan mampu melahirkan kualitas manusia
yang terbaik, dimana kebebasan pelajar dalam menentukan potensi hidupnya harus
mendapat dukungan penuh melalui sistem pendidikan yang paten. Dengan perbaikan
dan evaluasi secara perlahan dan bertahap, tentu kualitas pendidikan Indonesia
akan mampu bersaing dengan Negara besar lainnya dimasa yang akan datang.
#KampusMerdeka
#KampusMengajar
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, D. (2015). Pembangunan melalui Kolaborasi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. In Efisiensi - Kajian Ilmu Administrasi (Vol. 7, Issue 1).
https://doi.org/10.21831/efisiensi.v7i1.3910
Yamin, M., & Syahrir, S. (2020). Pembangunan Pendidikan Merdeka
Belajar (Telaah Metode Pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(1),
126–136. https://doi.org/10.36312/jime.v6i1.1121
Komentar
Posting Komentar